Ada seorang bernama Syaqiiq al-Balkhi akan menempuh perjalanan jauh untuk berniaga, sebelum dia berangkat menemui gurunya dahulu yang terkenal zuhud wara’ dan alim bernama Ibrahim bin Adham untuk memohon do’a dan berpamitan. Tetapi selang beberapa hari dia dating lagi menemui Gurunya kembali. Lalu terheran heranlah Ibrahin bin Adham dan bertanya kepadanya apa sesungguhnya yang terjadi? Apa yang membuatnya dia cepat kembali lagi? Bukankah kamu akan menempuh perjalanan yang amat jauh?
Syaqiiq berkata: Di tengah perjalananku aku melihat keajaiban dan yang sangat luar biasa.
Ibrahim bertanya memangnya apa yang kamu lihat? Syaqiiq menjawab: Di tengah perjalanan ketika aku merebahkan badanku di pinggir jalan untuk beristirahat, ttiba-tiba aku melihat seekor burung yang buta dan cacat tidak bisa terbang lagi, aku berkata di hatiku Subhaanalloh bagaimana burung yang buta dan cacat ini bisa hidup? Bagai mana makan dan minumnya? Tidak beberapa lama aku melihat seekor burung dating membawa makanan dan minuman , ternyata ia meletakkan makanan dan minuman itu di paruhnya burung yang buta dan cacat itu sedikit demi sedikit, sampai burung itu kenyang, aku berkata pada diriku : Sesungguhnya Allah SWT memberi rizqi kepada burng yang buta dan cacat ini, dan Allah juga pasti bisa memberi rizqi kepadaku walaupun aku duduk manis di rumhku. Setelah itu aku memutuskan untuk kembali.
Ibrahim bin Adham berkata” Wahai Saudaraku Syaqiiq Subhaanalloh kenapa engkau senang menjadikan dirimu seperti burung yang buta dan cacat itu, dan kenapa engkau tidak merasa senang dan gembira menjadi burung yang bisa ternag tinggi yang bisa mencari makan untuk dirinya dan mencarikan makan untuk yang buta dan yang cacat? Tahukah kamu bahwa Tangan yang di atas adalah lebih mulia dari pada tangan yang di bawah.
SYaqiiq berkata; Terima kasih wahai Guruku Anda benar Semoga Allah membalas dengan kebaikan. Kemudian Syaqiiq melanjutkan perjalanannya.
Dari Kitab Bahjatul-liqo’ Bainal Aabaa’ Wal Abnaa’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar